Jumat, 15 Mei 2009

kata bijak tentang persahabatan

Persahabatan sejati layaknya kesehatan, nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya

Seorang sahabat adalah yang dapat mendengarkan lagu di dalam hatimu dan akan menyanyikan kembali tatkala kau lupa akan bait-baitnya

Seorang teman sejati akan membuat Anda hangat dengan kehadirannya, mempercayai akan rahasianya dan mengingat Anda dalam doa-doanya.

Bertemanlah dengan orang yang suka membela kebenaran. Dialah hiasan dikala kita senang dan perisai diwaktu kita susah

Namun kita tidak akan pernah memiliki seorang teman, jika kita mengharapkan seseorang tanpa kesalahan. Karena semua manusia itu baik kalau kita bisa melihat kebaikannya dan menyenangkan kalau kita bisa melihat keunikannya tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan kalau kita tidak bisa melihat keduanya.

Tak seorang pun sempurna. Mereka yang mau belajar dari kesalahan adalah bijak. Menyedihkan melihat orang berkeras bahwa mereka benar meskipun terbukti salah

Orang bijaksana selalu melengkapi kehidupannya dengan banyak persahabatan

Banyak orang akan datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya sahabat-sahabat sejati yang akan meninggalkan bekas di dalam hatimu.
Sahabat yang sejati adalah orang yang dapat berkata benar kepada anda, bukan orang yang hanya membenarkan kata-kata anda.

Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar. ~

Selasa, 12 Mei 2009

KURA KURA vs KANCIL

Suatu hari Kura Kura dan Kancil berdebat tentang siapa yang lebih cepat. Mereka menyetujui jalur tertentu untuk bertanding dan mulailah mereka bertanding
Sang Kancil melesat dengan cepat dan setelah merasa jauh melampaui Kura Kura dia berhenti sejenak dibawah pohon untuk beristirahat sebelum memulai lagi perlombaannya.
Sang Kancil terduduk dibawah pohon dan akhirnya tertidur.
Dan Kura Kura berhasil melampauinya dan keluar sebagai juara
Sang Kancil terbangun dan mendapatkan dirinya kalah didalam perlombaan tersebut.
Maksud dari cerita ini adalah :
mereka yang lambat, apabila konsisten, akan dapat memenangkan pertandingan

Ini adalah cerita yang biasa kita dengar sejak masa kecil

Baru baru ini seseorang bercerita versi baru yang lebih menarik.
Rupanya ceritanya bersambung ……….
Sang Kancil sangat kecewa dengan kekalahannya lalu melakukan analisis penyebabnya.
Dia sadar bahwa dia kalah karena terlampau percaya diri, kurang hati hati dan terlena
Kalau saja dia bisa lebih waspada maka tidaklah mungkin Kura Kura bisa mengalahkannya.
Lalu ditantangnya lagi Kura Kura tersebut untuk melakukan lomba ulang yang disetujui oleh Kura Kura
Dan kali ini, sang Kancil menang mutlak karena dia berlari tanpa henti
Maksud dari cerita ini adalah :
Cepat dan konsisten akan mengalahkan yang lambat dan konsisten
Kalau ada dua orang diperusahaan, yang satu lambat, pakai metoda dan handal sedangkan yang satu lagi cekatan dan handal, maka yang cepat dan handal akan maju lebih cepat
Lambat asal Konsisten itu bagus akan tetapi lebih bagus lagi kalau Cepat dan Konsisten

Tetapi ceritanya tidak hanya sampai disini.
Kali ini sang Kura Kura mulai berpikir dan sadar bahwa tidaklah mungkin berlomba dengan Kancil pada jalur seperti yang lalu
Setelah berpikir keras, kali ini Kura Kura menantang sang Kancil untuk berlomba lagi pada jalur perlombaan yang berbeda
Sang kancil setuju.
Mereka mulai berpacu dan sang Kancil berlari dengan cepat tanpa berhenti sampai akhirnya terpaksa berhenti ditepi sungai, karena harus menyeberang
Rupanya garis finish nya terletak beberapa ratus meter setelah tepi diseberang sungai .
Sang Kancil bingung tidak tahu harus berbuat apa…..
dan tak lama kemudian muncul Kura Kura menyusul dan dengan santainya menyeberang sampai kegaris finish dan memenangkan pertandingan
Maksud cerita ini adalah:
Pertama, temukan kekuatan utama anda kemudian carilah tempat bertanding yang sesuai dengan kekuatan utama anda
Di Perusahaan, kalau anda pandai berbicara, carilah kesempatan untuk memberikan presentasi sehingga pimpinan anda bisa melihat kemampuan anda
Kalau Kekuatanmu adalah menganalisis, carilah peran yang membutuhkan kemampuan analisis.
Bekerja pada Kekuatanmu bukan hanya menunjukkan kehebatanmu akan tetapi juga menciptakan kesempatan untuk maju dan berkembang
Kalau Kekuatanmu adalah mengorganisir, carilah peran untuk mengorganisir sesuatu kegiatan penting agar perusahaan tahu bahwa anda mungkin pantas menjadi manager
Kalau Kekuatanmu adalah waspada dan teliti carilah peran yang membutuhkan kewaspadaan dan ketelitian seperti peran yang terkait dengan keselamatan, hukum atau keuangan


Ceritanya belum selesai lho…

Kali ini sang Kancil dan Kura Kura menjadi bersahabat dan mulai memikirkan solusi masalah bersama sama.
Keduanya sadar bahwa lomba yang terakhir bisa dilakukan dengan jauh lebih baik
Jadi mereka memutuskan untuk melakukan perlombaan lagi , cuma kali ini mereka berlari dalam satu team
Mereka mulai berlari …… mula mula sang Kancil menggendong Kura Kura sampai ketepi sungai, kemudian disini Kura Kura yang menggendong Kancil untuk menyeberangi sungai
Diseberang satunya Kancil mulai menggendong Kura Kura lagi sampai kegaris finish.
Sampai digaris finish keduanya merasa puas karena berhasil tiba dengan waktu yang jauh lebih cepat dari lomba sebelumnya
Maksud cerita ini adalah:
Bagus menjadi orang yang brilian dan mempunyai kekuatan utama; akan tetapi tanpa bisa bekerjasama didalam suatu team dan menjalin masing masing kekuatan utama, hasilnya tidak akan maksimal karena selalu ada situasi dimana anda berkinerja kurang sedangkan rekan lainnya lebih baik.
Kerjasama adalah masalah kepemimpinan yang sesuai dengan situasi, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada seseorang yang memiliki kompetensi inti yang sesuai dengan situasi mengambil alih kepemimpinan.

Ada lagi yang dapat dipelajari disini ?
Catat bahwa baik Kancil maupun Kura Kura tidak pernah menyerah setelah mengalami kegagalan.
Bahkan Sang Kancil bekerja lebih keras setelah kegagalannya
Sedangkan Kura kura mengubah Strategi nya karena dia sudah berusaha sekuat tenaga.
Dalam hidup, kalau kita menghadapi kegagalan, terkadang bisa diatasi dengan bekerja lebih keras dan menambahkan usaha
Kadang akan lebih cocok untuk mengubah Strategi dan melakukan sesuatu yang berbeda.
Dan terkadang lebih cocok melakukan keduanya
Keduanya juga belajar sesuatu pelajaran yang sangat penting..
Kalau kita berhenti berkompetisi dengan saingan kita lalu mulai berkompetisi dengan situasi, kita akan bisa mendapatkan kinerja yang jauh lebih baik

Ringkasnya, cerita ini mengajarkan banyak hal pada kita.
Pelajaran yang penting adalah:
-Bahwa cepat dan konsisten akan selalu lebih baik daripada lambat dan konsisten
-Ambilah peran yang sesuai dengan KEKUATAN utama anda
-Kumpulkan kekuatan dan bekerja didalam team akan selalu mengalahkan jagoan individu;
-Jangan pernah menyerah kalau gagal;
-Dan akhirnya, bersainglah melawan situasi, jangan melawan pesaing.

Jumat, 08 Mei 2009

Apakah Anda Orang yang Defensive ?

Pengertian & Penggunaan

Apa itu defensif? Defensif itu, kalau melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah: bersikap bertahan, dipakai atau dimaksudkan untuk bertahan, atau dalam keadaan bertahan. Ketika digunakan dalam praktek, defensif ini sering punya dua konotasi. Yang pertama konotasinya positif. Ini dikaitkan dengan kemampuan seseorang dalam mempertahankan dirinya dari serangan, hantaman, godaan, atau jebakan dari luar (orang dan keadaan). Kemampuan ini merupakan buah dari kematangan, ketangguhan, atau kedalaman

Defensif dengan konotasi yang ini dapat kita temui dalam strategi peperangan. "Defensive is more powerful than offensive." Kenapa? Menurut pengalaman para jagoan, orang yang lebih memilih strategi offensif (menyerang lebih dulu), biasanya lebih rentan didominasi nafsu untuk mengalahkan, nafsu keserakahan, atau nafsu untuk menghancurkan. Secara emosi, strategi ofensif ini jauh lebih melelahkan ketimbang strategi defensif. Ini tidak berarti mereka yang defensif itu diam ketika diserang. Mereka tetap menyerang, namun motif dan kesadaran yang membimbingnya adalah tujuan untuk mempertahankan diri.

Peperangan, penyerangan, atau pertempuran para nabi pun begitu. Kalau dilihat di sejarahnya, strategi yang dipilih adalah defensif (to defend). Mereka dikirim Tuhan untuk menyebarkan kedamaian, tetapi karena di lapangannya menghadapi serangan dari orang-orang yang tidak pro dengan nilai-nilai itu dan menyerangnya, tentu saja tidak tinggal diam. Mereka membalas serangan itu untuk mempertahankan diri dan misi sucinya.

Dalam teori pengembangan karir, defensif dengan konotasi positif ini disebutnya dengan istilah resilience. Ini adalah kemampuan seseorang dalam menyembuhkan diri atau dalam beradaptasi dengan berbagai ketidakberuntungan atau perubahan buruk. Menurut Fox (1995), ciri-ciri orang yang tangguh itu antara lain:
Mereka memilih keputusan untuk melangkah maju. Mereka menghindari keputusan untuk berhenti atau mundur (stepping forward).
Mereka punya kemampuan dalam menyerap pelajaran positif di balik kekacauan (learning from chaos)
Mereka punya kemampuan dalam menyeleksi materi yang ditekuninya (selective learner).
Mereka berpikir dalam konteks peluang, kemampuan, kemungkinan dan menjauhi pikiran-pikiran tentang keterbatasan, kekurangan, atau ketidakmampuan (opportunity and possibility approach)
Mereka punya dorongan untuk menghasilkan perbedaan yang unik (creative people).
Mereka memunculkan banyak alternatif dan opsi untuk bisa sampai pada sasaran yang dituju (explorer people)



Sedangkan arti defensife yang kedua, konotasinya negatif. Inilah yang menjadi pokok bahasan kita di sini. Defensif di sini artinya adalah prilaku atau ekspresi sikap yang muncul ketika seseorang itu mempersepsikan adanya ancaman atau untuk mengantisipasi ancaman (ketakutan). Out-put-nya adalah: suka ngeyel, suka membantah, suka membukan pintu perdebatan, suka menolak masukan dari orang lain, dan lain-lain. Perilaku atau ekspresi sikap seperti ini pada umumnya didasari oleh motif supaya kelihatan menang, supaya bisa terhindar dari penugasan atau hukuman, atau supaya kelihatan "lebih jago".

Nah, defensif dengan konotasi yang ini ada yang dipraktekkan secara nyata, misalnya saja: melalui ungkapan mulut, sikap atau tindakan. Contohnya saja ada orang dikasih tahu oleh orang yang lebih tahu tentang hal-hal yang lebih baik, tetapi orang itu terang-terangan ngeyel atau membantah. Bisa juga dalam bentuk mendebat lebih dulu sampai tegang. Ada juga yang dipraktekkan secara diam-diam / di belakang. Ini misalnya saja kita punya kebiasaan untuk menentang, ngeyel, atau tidak mau menerima masukan positif, namun itu secara sembunyi-sembunyi.

Jadi intinya, ada defensif yang pasif-submisif, dan ada yang aktif-agresif (menyerang).

Sebagai model komunikasi atau interaksi, ke-defensif-an itu melahirkan dua efek, tergantung yang kita terapkan. Pertahanan-diri yang didasarkan pengetahuan mendalam tentang diri sendiri, pengalaman hidup / kerja, dan tujuan positif, efeknya adalah personal power yang kuat. Tapi ini dengan syarat sejauh dilakukan secara proporsional. Sebaliknya, pertahanan-diri yang didasari nafsu, rasa takut, atau rasa kurang (feeling of lack and fear), biasannya efek yang muncul adalah negatif. Defensif seperti ini menghambat tercapainya interaksi yang "supportive"



Akar Defensif Yang Negatif

Apa yang menyebabkan seseorang menjadi defensif dalam konotasi yang negatif itu? Dari penjelasan yang bisa kita temukan di berbagai literatur, salah satunya adalah motivasi minus. Istilah ini dipakai Ian Marshall dan Danah Zohar di buku Spiritual Capital (2005). Motor penggerak manusia itu ada yang plus (positif) dan ada yang minus (cenderung negatif) sesuai levelnya. Ringkasnya bisa dilihat di bawah ini:
No.
Motivasi Plus
Motivasi Minus

1
Eksplorasi (+1)
Penonjolan diri (-1)

2
Kecendrungan bergaul dan bekerja sama (+2)
Kemarahan (-2)

3
Kekuatan-diri-ke dalam (+3)
Keserakahan (-3)

4
Penguasaan (+4)
Rasa takut (-4)

5
Generativitas (+5)
Keresahan(-5)

6
Pengabdian yang lebih tinggi (+6)
Apati (-6)

7
Jiwa dunia (+7)
Malu dan rasa bersalah (-7)

8
Pencerahan (+8)
Depersonalisasi (-8)


Nah, defensif terkait dengan rasa takut (-4). Orang yang motivasinya di sini kerap dihinggapi kecemasan, kecurigaan, atau perasaan terancam dan rasa rentan diserang. Takut adalah lawan dari perasaan menguasai keadaan. Orang yang dimotivasi oleh rasa takut selalu ingin membela diri atau melindungi diri. Logisnya, kalau orang merasa kurang atau merasa takut, kecenderungan yang dominan adalah membela diri.

Lawannya adalah penguasaan (+4). Ini terkait dengan keterampilan interpersonal yang lebih bagus, khususnya nilai atau keterampilan dari suatu profesi, suatu tradisi, atau suatu sistem pemahaman yang lebih luas atau suatu visi bersama. Penguasaan kita terhadap bidang, keadaan, atau nilai-nilai, akan membuat kita merasa aman (tidak terlalu takut). Kalau seseorang sudah relatif lebih aman, untuk apa lagi membela diri atau melindungi diri dengan berbagai retorika yang berefek kurang baik pada interkasi?

Penjelasan lainnya mengaitkan ini dengan personal power - sebuah kekuatan yang berakar pada penguasaan diri (self-mastering). Semakin kuat power personal seseorang, maka semakin terbebas dia dari berbagai rasa terancam oleh orang lain. Sumber keamanannya berada di dalam dirinya. Penguasaan-diri ini kemudian membuahkan sebuah sikap dan sifat yang kuat (berpedoman pada pendirian hidup) dan terbuka terhadap orang lain: bisa mendengarkan, bisa menghargai, bisa bekerja sama, bisa berdialog, dan lain-lain.

Ini beda dengan orang yang power personalnya rendah. Meminjam teorinya Freud, orang yang power personalnya rendah itu lebih dikendalikan oleh Id, seperti anak-anak. Maksudnya, prilakunya lebih banyak dikontrol oleh ego pribadi yang subyektif, pertahanan-diri yang egois, mood yang dikendalikan oleh kepentingan-subyektif sesaat, dan semisalnya. Atau juga lebih banyak dikontrol oleh faktor eksternal, bukan oleh penguasaan-diri (self-mastering)

Dalam teori pengembangan-diri dikenal istilah "Human Bank Account" (HBA), manusia yang emosinya seperti rekening bank. Uang yang ada di dalam rekening itu kan bisa ambil, bisa ditambah, atau bisa dibekukan. Ini suka-suka orang yang punya. Orang yang seperti rekening ini menggantungkan kebahagian, kesedihan, ketakutan, atau keamanannya pada orang lain. Orang lain-lah yang diharapkan untuk mengontrol rekening emosinya. Suka-suka orang lain juga. Terkadang menambah isinya, terkadang mengurangi dan terkadang membekukan. Human Bank Account identik dengan power personal yang rendah.


Darimana Mulai Memperbaiki?

Sejauh kita berkesimpulan bahwa ini merupakan sifat atau prilaku yang perlu diperbaiki, tentunya masih ada banyak hal yang masih bisa kita lakukan. Ini antara lain:

Pertama, mengubah pemahaman tentang perubahan-diri. Bemtuk pemahaman seperti apa yang perlu diubah? Banyak orang berkesimpulan bahwa prilakunya, sikapnya atau sifatnya sudah merupakan sesuatu yang tidak bisa diubah. Pemahaman / kesimpulan inilah yang perlu diubah. Kenapa? Sejauh kesimpulan dan pemahaman seperti itu yang kita pedomani, maka perubahan hampir pasti tidak akan terwujudkan.

Apakah kalau sudah diubah lantas ada jaminan perubahan akan terjadi? Tidak juga. Mengubah pemahaman / kesimpulan itu hanyalah syarat untuk mengubah motif dan aksi. Pendeknya, mengubah pemahaman memang tidak menjamin perubahan sikap dan sifat. Tetapi, untuk mengubah sikap dan sifat perlu mengubah pemahaman.

Kajian psikologi banyak mengaitkan pemahaman / kesimpulan ini dengan istilah "locus of control". Apa itu locus of control itu? Locus of control adalah persepsi seseorang tentang kenapa sesuatu terjadi atau kekuatan apa yang mendorong aksinya. (perception of why thing happens or what drives the behavior). Semua manusia memiliki ini. Bedanya, ada yang disebut internal locus of control (bertumpu pada penguasaan-diri) dan external locus of control (bertumpu pada penguasaan faktor eksternal).

Internal-locus-of--control-people berkesimpulan bahwa hanya saya yang bisa mengubah sifat dan sikap saya atau perubahan itu harus dimulai dari saya. Sementara, external-locus-of-control-people mungkin berkesimpulan bahwa saya begini karena dia begitu atau perubahan harus dimulai dari luar dirinya. Secara umum dikatakan, orang yang locus of control-nya ke dalam, lebih mudah menghentikan kebiasaan buruk, lebih mudah bergaul, lebih tahan menghadapi problem, dan lain-lain.

Jadi, mengubah pemahaman itu akan mengubah posisi locus of control itu, dari yang semula lebih ke eksternal dan sekarang ini lebih ke internal.

Kedua, latihan menjadi pendengar yang bagus. Ini agar tidak sedikit-sedikit ngeyel, mendebat atau mempertahankan diri karena nafsu-egoisme. Caranya antara lain:
Berilah orang lain kesempatan untuk mengungkapkan apa maunya dulu sampai jelas dan tuntas. Ini relatif, tetapi intinya adalah jangan mendebat atau memotong atau ngeyel lebih dulu.
Berlatihlah untuk menangkap ide pokok dalam sebuah pembicaraan. Untuk menghindari "missing", jelaskan ulang atau tanyakan.
Bila ada hal-hal yang tidak / kurang kita setujui, jalankan lebih dulu atau beri alasan yang kuat, masuk akal dan dengan bahasa yang memberi pilihan, bukan ingin mengubah. Sehingga tidak terjadi interaksi yang saling membela diri.

Ketiga, tutuplah pintu debat dan bukalah pintu dialog. Bedanya apa dialog dan debat. Dialog itu ya saling melengkapi, saling membuka, dan saling berusaha menemukan yang terbaik. Sementara kalau debat isinya (yang paling mayoritas) adalah saling mempertahankan diri, saling tidak mau membuka, dan masing-masing mempertahankan kebenaran-sendiri versi diri sendiri.

Keempat, temukan cara untuk menyatakan "penolakan yang baik". Ada banyak cara untuk menyatakan penolakan atau ketidaksetujuan dan itu tidak harus dengan ngeyel atau bersitegang. Ini misalnya saja dengan meminta waktu berpikir atau mempertimbangkan, dengan memberikan alasan, dengan memakai bahasa isyarat, dan lain-lain.

Kelima, latihan membuka diri. Ini misalnya saja belajar mendengarkan perspektif orang lain, memahami perbedaan orang lain, mempertimbangkan posisi orang lain, dan lain-lain. Ini bukan berarti harus "mengalah", tetapi ini adalah cara agar kita bisa memberikan sikap atau tindakan yang jauh dari campur tangan hawan nafsu kebenaran-sendiri.

Yang tidak kalah pentingnya lagi adalah belajar berpihak pada "apa yang baik", "apa yang benar", dan "apa yang bermanfaat" bagi kita dan orang lain, bukan berpihak untuk mempertahankan ego sendiri (siapa yang paling benar). Kenapa? Kalau sudah bicara "siapa yang paling benar", tentu yang paling benar adalah kita. Karena orang lain pun punya hak merasa begitu, jadinya saling defensif. Inilah cara untuk mengalahkan "Id".

Semoga bermanfaat.